Tamak = Sengsara
Keadilan dalam Sebuah Negara atau Kerajaan amatlah diperlukan bagi seorang
pemimpin. Jika pemimpin tersebut tidak adil dalam mengatur rakyatnya maka yang
terjadi adalah kehancuran. Sebagai pemimpin wajib sekali memiliki sikap adil,
tanggung jawab, dan bijaksana. Keadilan yang hakiki dapat membuat rakyat
bahagia. Sebagai Contoh Kisah dewa Apollo yang melawan kewenang-wenangan Raja
Zanes dalam mengatur rakyatnya.
Alraja Zanas memerintah dengan sewenang-wenang. Kegemarannya menumpuk harta sebanyak mungkin yang diperolehnya dari pajak rakyatnya. Raja Zanas selain
tamak juga
seorang raja yang sangat kikir. Rakyat yang hidup sengsara tidak sekalipun
pernah dipikirkannya. Anehnya raja yang zalim itu mempunyai kegemaran mendengarkan
musik.
Padahal kata orang-orang bijak musik dapat memperhalus perasaan. Oleh
karena itu yang
menyukainya akan mempunyai perasaan yang lembut tetapi cerdas. Salah satu
kegemaran
Raja Zanas adalah mendengarkan tiupan suling. Kebetulan di negerinya ada
seorang peniup
seruling yang sangat pandai bernama Tarajan.
Raja Zanas sangat memanjakan Tarajan dan kerap mengirim peniup seruling itu
ke seluruh
penjuru negeri bahkan ke luar kerajaannya untuk berlomba. Tarajan selalu
jadi juara pertama
dan memperoleh hadiah-hadiah yang menggiurkan. Sayang karena hal itu
Tarajan jadi
sombong dan congkak. Karena sombongnya Tarajan mengaku dapat mengalahkan
Dewa
Apolo. Seorang Dewa bangsa Yunani yang sangat menguasai seni musik.
Tarajan mengusulkan pada Raja Zanas agar ia dipertandingkan dengan Apolo.
Usul itu diterima
dengan baik bahkan raja merasa bangga jika Tarajan dapat mengalahkan pemain
musik dari
kerajaan langit itu. Dewa Apolo yang mendengar tantangan itu menyanggupi.
Justru Dewa itu
ingin memberi pelajaran pada Tarajan dan Raja Zanas yang berkelakuan tidak
lazim.
“Seandainya aku kalah biarlah aku mengabdi pada Raja Zanas seumur hidupku.
Tetapi
andaikan aku yang menang aku minta separuh kerajaanmu dan kuserahkan pada
rakyatmu”
kata Dewa Apolo. Raja Zanas dan Tarajan setuju. Mereka begitu yakin dapat
mengalahkan
Apolo yang tampak masih sangat muda itu.
Pada hari yang telah ditentukan pertandingan dimulai. Seluruh rakyat tumpah
ruah ke halaman
Istana. Sedangkan Dewa Zeus sebagai penguasa seluruh khayangan ikut
menyaksikan tanpa
seorang pun yang tahu. Sebagai penantang Tarajan dipersilakan meniup
seruling terlebih
dahulu. Dengan pongah Tarajan naik ke atas podium lalu segera meniup
serulingnya. Seruling
emas berbalut intan permata milik Tarajan segera mengumandangkan lagu-lagi
yang sangat
merdu. Naik turun seperti ombak. Lembut seperti angin pesisir. Bergolak
seperti ombak
menerjang karang.
Semua yang mendengarkan bagaikan tersihir. Begitu hebatnya tiupan seruling
Tarajan. Raja
Zanas tertawa terbahak-bahak dan yakin sekali peniup serulingnya akan
keluar jadi pemenang.
Tetapi Dewa Apolo tenang. Diam bagaikan patung, tetapi bibirnya tersenyum.
Pertanda kagum
juga pada permainan seruling Tarajan. Dan ketika usai sorak ssorai seperti
membelah angkasa.
Tarajan berdiri berkacak pinggang dengan wajah sangat pongah.
Ketika giliran Dewa Apolo, Dewa kesenian itu mengangkat serulingnya dengan
cantik sekali.
Lembut bagaikan menimang bayi suci. Dan ketika bibirnya mulai meniupkan
sebuah lagu, langit
berpendar-pendar antara siang dan malam. Rakyat yang menonton terhanyut
dalam irama
yang luar biasa indah. Dengan mata terpejam semua menari dengan lembut
sekali. Mereka pun
menyanyi sebuah lagu kedamaian yang sekonyong saja mampu dinyanyikan.
Rakyat yang
jumlahnya tidak terhitung itu larut dalam lagu-lagu dan irama yang
sebelumnya tidak pernah
mereka dengarkan tetapi sangat merdu mendayu-dayu.
Akhirnya Dewa Zeus yang menampakkan diri menyatakan Apolo sebagai
pemenangnya. Dan
meminta Raja Zanas seger memberikan separuh kerajaannya pada rakyatnya.
Tetapi raja kikir
itu menolakk hingga membuat Dewa Zeus marah. “Selama kau tidak memberikan
pada rakyat
apa yang telah kau janjikan, maka telingamu akan membesar setiap hari.”
Kata Dewa Zeus.
Memang benar. Telinga Raja Zanas tiap hari semakin besar hingga sangat
berat dan
membuatnya tidak bisa berdiri apalagi berjalan. Jadilah ia raja bertelinga
keledai. Akhirnya Raja
Zanas menyerahkan separuh kerajaannya pada rakyatnya. Dan berjanji tidak
lagi kikir dan
tamak. Dewa Zeuslah saksi dari ucapannya.
Jadi, Sebagai Pemimpin harus memiliki sifat adil dan bijaksana. jangan sekali kali sebagai pemimpin berlaku curang seperti KKN, yang membuat rakyat menjadi menderita dan sengsara..
0 comments:
Posting Komentar